SELAMAT DATANG DI WEBSITE KAMI TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA

Wednesday 26 December 2012

Planet Kecil Serupa Bumi Ditemukan


Tim astronom internasional telah menemukan planet terkecil serupa Bumi yang berada di luar tata surya kita. Planet baru ini memiliki massa lima kali massa Bumi, berada pada jarak sekitar 25.000 tahun cahaya di arah rasi bintang Sagittarius, dan mengorbit sebuah bintang kerdil merah (red dwarf).
Penemuan yang dilaporkan dalam journal Nature ini dilakukan menggunakan metode yang disebut microlensing. Dengan metode ini para peneliti bisa mendeteksi planet-planet jauh yang memiliki massa seperti Bumi.
Meski begitu, temperatur planet baru ini sangat dingin, sehingga mempupuskan harapan para peneliti untuk menemukan kehidupan di sana.
Planet, yang kemudian disebut OGLE-2005-BLG-390Lb, butuh waktu sekitar 10 tahun untuk mengorbit bintang induknya, sebuah red dwarf yang serupa dengan Matahari, namun lebih dingin dan lebih kecil. Baik planet maupun bintangnya, berada di galaksi kita, Bima Sakti, namun mereka berada di dekat pusat galaksi. Albert Einstein
Seperti Bumi, planet ini memiliki inti batu dan mungkin dilapisi atmosfer tipis. Akan tetapi orbitnya yang jauh, ditambah bintang induknya yang dingin menjadikan planet OGLE-2005-BLG-390Lb sebagai dunia yang beku.
Perkiraan temperatur di sana adalah minus 220 derajat Celcius, artinya permukaan planet barangkali ditutupi cairan beku. Bisa jadi ia mirip Pluto tapi berukuran lebih besar.
"Ini adalah temuan yang sangat menarik dan penting," kata Profesor Michael Bode dari Liverpool John Moores University, peneliti utama proyek RoboNet yang terkait dengan penemuan di atas.
"Ini adalah planet paling mirip Bumi yang telah ditemukan hingga sekarang, dalam hal massa dan jaraknya dari bintang induk," lanjutnya. "Kebanyakan planet lain yang ditemukan berukuran jauh lebih besar, lebih panas, atau keduanya".
Adapun teknik microlensing yang dipakai untuk menemukan planet ini adalah suatu teknik yang sudah diprediksikan Albert Einstein sejak 1912. Microlensing terjadi ketika objek besar di angkasa, seperti bintang, melintas di depan bintang lain yang lebih jauh.
"Ketika melintas, gravitasi dari objek depan melengkungkan cahaya yang datang dari bintang di belakang, dan selama beberapa saat membuatnya terlihat lebih terang.
Bila bintang di depan memiliki planet yang mengorbit, maka ia akan membelokkan cahaya lebih jauh lagi, sehingga bintang di belakangnya terlihat semakin terang. Tetapi, sekali lagi, peristiwa ini berlangsung sebentar saja, sehingga para astronom hanya memiliki beberapa jam atau hari untuk mendeteksinya.
"Kami pertama melihat cahaya bintang itu mencapai tingkat terang yang lebih tanggal 31 Juli 2005. Tanggal 10 Agustus, ada kilatan cahaya kecil yang terlihat selama setengah hari," kata Dr Martin Dominik dari University of St Andrews, salah satu peneliti. "Pengamatan terhadap anomali ini menggunakan dua teleskop menemukan bahwa bintang tersebut memiliki planet bermassa kecil".
Kehidupan di luar sana
Temuan planet ini merupakan hasil kerjasama tiga proyek microlensing, yakni PLANET/RoboNet, OGLE dan MOA, dan melibatkan para peneliti dari 12 negara.
Sejauh ini telah ada sekitar 160 planet yang ditemukan di luar tata surya kita, namun hanya tiga di antaranya yang dideteksi menggunakan teknik microlensing.
Simulasi mengenai formasi planet yang dilakukan baru-baru ini menunjukkan bahwa objek dengan massa serupa Bumi banyak terdapat di jagad raya. Oleh karenanya para ilmuwan terus berusaha menemukan planet baru menggunakan teknik ini dan terus mengembangkan metodenya.
Bila banyak planet yang memiliki kondisi seperti Bumi ditemukan, maka langkah berikutnya adalah mencari apakah ada kehidupan di sana. Namun ini sepertinya bukan hal mudah.
"Mencari tahu apakah ada kehidupan di planet jauh adalah tugas yang sulit," kata Dr Dominik. "Bagaimana kita bisa menemukan kehidupan di planet jauh, sementara kita kesulitan mencari tahu apakah ada makhluk hidup di Mars?"


No comments:

Post a Comment